Rabu, 15 Mei 2013

[Fanfic] A Thousand Years (Sequel of Camera)

Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)
Genre : Romance, Sad
Cast : 
Kim Yesung
Lee Yura, etc
Note : DO NOT COPY !!!!
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com



-Happy Reading -




“Aku mencintaimu” ucap mempelai pria.

“Aku juga mencintaimu” jawab mempelai wanita dengan wajah berbinar.

Cup, satu kecupan mendarat dibibir merah wanita tersebut. Pria tersebut langsung memeluk wanita yang baru saja menjadi istrinya tersebut.

“Ingat perjanjian kita !” ucap pria itu dengan nada yang begitu dingin dan menusuk.

“Arra, aku selalu mengingatnya, kau tenang saja tuan Lee” jawab wanita tersebut dengan nada tak kalah dingin dan menusuk.

“Jangan pernah tinggalkanku, arra !” ucap pria tersebut sambil melepaskan pelukannya.

“Ne, aku akan selalu berada disisimu nae nampyeon” jawab wanita tersebut.


--00—


“Yak, Kim Taeyeon !” teriak seseorang yang sedang berkutat dengan gamenya.

“Wae ?” bentak Taeyeon yang sedang memasak.

 “Ambilkan aku minum, ppali !” ucap pria tersebut.

“Aish” rutuk Taeyeon sebelum ia mengambil segelas air mineral.

“Ige oppa !” gumam Taeyeon dengan nada malas.

“Yak, bisakah kau sedikit sopan terhadap oppamu yang tampan ini” gumam pria itu sambil mempause pspnya itu.

“Tampan ? Kukira lebih tampan choco dibandingkanmu” cibir Taeyeon terhadap oppanya.

“Choco ? Hewan mengerikan milik Lee Donghae, namjachinggumu ? Neo jinja !” rutuk pria itu.

“Sudahlah, aku akan ke dapur, ah chakka ! Jika kau memanggilku lagi, kau akan mati Kim Yesung !” ucap Taeyeon dengan nada mengerikan.


--00—


Seorang wanita berparas sangat amat cantik sedang berjalan dikawasan sungai han. Dinginnya udara malam tak membuat wanita tersebut berniat untuk meninggalkan tempat tersebut.  Sekilas, senyum kebagahagian terukir di bibir merahnya itu. Mungkin dikarenakan ia memiliki waktu luang, setelah ia melakasanakan pernikahan sehari yang lalu.

“Apakah ia akan menepati janjinya ?” gumam wanita itu sambil bersandar di pagar piggiran sungai han.

“Apakah aku pantas mengharapkan janjinya, sementara aku telah memiliki suami?” wanita berambut coklat itu menghela nafas berat.

“Sudahlah, mungkin ia lupa akan janjinya” ia membalikan tubuhnya menghadap sungai yang ada didepannya.

Bip.bip.bip, ponsel wanita bergetar.

“Yeobseo ?” wanita itu memulai pembicaraan.

“...............................”

“Ne oppa, aku akan pulang sekarang”

“...............................”

“Annyeong” tanpa pikir panjang, wanita itu langsung berlari menuju tempat parkir mobil.

Brukk, ia menabrak seseorang.

“Ah, mianhamnida” gumam wanita itu sambil menundukan tubuhnya 90 derajat.

“Ah, gwaen,,, Lee Yura ?” lelaki tersebut membelakan matanya sesaat saat melihat wanita yang ada di hadapannya sekarang.

“Kim Yesung” ucap Yura itu tak kalah senang.

“Bogoshipo, Yura-ah” Yesung langsung memeluk erat tubuh mungil Yura.

“Nado, Yesungie” Yura mengeratkan pelukannya, tanpa menyisakan satu celah diantara mereka.

Pertemua ke-dua, setelah 4 tahun lamanya berpisah. Mereka berpelukan sangat erat, melampiaskan rasa rindu yang mereka pendam. Merasakan setiap kehangatan yang diberikan oleh lawan jenisnya masing-masing.

“Mianhae” Yura melepaskan pelukanya lalu menundukan kepalanya.

“Wae ?” tanya Yesung.

“Mianhae” ucap Yura lagi dengan nada bergetar.

“Wae? Malhae” pinta Yesung dengan nada lembut.

“Mi...mi...mian” kali ini air mata Yura tak bisa terbendung lagi, mengeluarkan butiran kristal dari pelupuk mata hazelnya.

Yesung menarik tengkuk wajah Yura agar ia bisa melihat wajah Yura. Wajah Yesung berubah menjadi mencelos, ketika melihat air mata yang keluar dari kedua pelupuk mata Yura. Ia tak tahu apa yang ia harus lakukan sekarang.

“Uljima” Yesung menempelkan kedua ibu jarinya tepat dipipi Yura, menghapus setiap butiran air mata yang keluar dari wajah cantik sahabatnya itu.

“Yesung-ah, mianhae” air mata yang tadi telah reda, kembali keluar.

“Uljima, Yura-ah, jebal” Yesung kembali memeluk Yura, membiarkan berjuta butiran air mata membasahi mantel hitam yang sedang ia gunakan.

“Yesung-ah” Yura melepaskan pelukannya.

“Malhaebwa!” pinta Yesung kembali.

“Aku telah menikah” ucap Yura dengan nada sangat amat pelan.

Bagaikan diserang beribu-ribu volt arus listrik, ia hanya bisa menatap nanar wajah Yura. Manampilkan ekspresi sangat amat tertekan. Wanita yang ia tunggu selama 4 tahun bahkan lebih, telah menikah. Ingin sekali ia berteriak saat ini juga, melampiaskan semua emosi yang ada di benaknya. Tetapi, sekalipun ia harus berteriak, keadaan tak bisa kembali seperti semula.

“Kkauu....” lirih Yesung.

“Mianhae, Yesung-ah, aku terpaksa” gumam Yura.

“Sudahlah, lebih baik kau pulang. Kau tak kasihan terhadap suamimu yang mungkin sekarang sedang menunggumu?” Yesung mencba menetralkan suasana, walau pun suasana hatinya sangat kacau.

“Ne, arasseo” gumam Yura.

Dengan langkah gontai Yesung meninggalkan Yura yang masih berdiri mematung sambil melihat puggung Yesung yang perlah menghilang.

Tes..tes..tes.. gerimis turun membasahi Kota Seoul. Yura masih bediri mematung, membiarkan hujan membasahi dirinya, membiarkan air mengalir di tubuhnya, berharap air tersebut mengalir dengan membawa masalahnya. Ia sudah cukup penat dengan semua masalah yang dihadapinya, jika memungkinkan ia lebih memilih mati dibandingkan hidup dengan masalah-masalah yang dihadapinya.

“Yura!” seseorang menghampiri Yura.

“Yura, sadar ! Ini aku Yesung, aku akan terus berada di sampingmu” gumam Yesung sambil mengusap wajah Yura yang terkena air hujan.

“Hujan semakin deras, lebih baik kita berteduh di halte itu” Yesung menarik Yura menuju halte di seberang jalan.

Tubuh Yura bergetar hebat, bibirnya membiru, dan kulitnya berubah menjadi pucat. Ia melipatkan kedua tangannya tepat di atas perutnya.

“Kau kedinginan” gumam Yesung. Ia melepaskan mantel yang ia gunakan, lalu memakaikannya ke pundak Yura.

“Gomawo” gumam Yura. Ia memejamkan matanya sejenak, merasakan setiap kehangatan dari mantel yang ia gunakan.

Grepp, Yesung memeluk tubuh Yura. Mencoba memberikan sedikit kehangatan pada tubuh Yura. Yura memejamkan matanya saat Yesung memeluk tubuhnya. Hangat, itulah yang ia rasakan saat ini. Tubuh Yesung mampu membuat suhu dalam tubuh Yura berubah 180 derajat.

Tanpa sengaja pandangan Yesung bertemu dengan mata hazel milik Yura. Perlahan Yesung mendekatkan wajahnya ke wajah Yura. Yura merasakan deru nafas Yesung yang sangat hangat. Kemudian Yesung membelai lembut pipi Yura, sementara ibu jarinya membelai bibir bawah Yura dengan amat lembut. Ada perasaan lain saat Yesung menyentuhnya (Yura). Kali ini Yura bisa merasakan sengatan disetiap sentuhan Yesung yang membuatnya memejamkan kedua matanya.

Yura merasakan sensasi basah pada bibirnya. Semua itu karena Yesung mencium bibir Yura dengan lembut. Tangannnya masih terus membelai kedua pipi Yura, beralih pada tengkuk dan menekannya. Ciuman kali in membuat Yura melayang, bagaikan beribu-ribu kupu-kupu terbang di perutnya. Yesung melepaskan ciumannya, membuat Yura membuka kedua matanya yang tertutup rapat sejak tadi.

“Mianhae” ucap Yesung canggung.

“Ngg, gwaenchana” jawab Yura kebingungan.

“Hujan belum reda” gumam Yesung.

“Ne” jawab Yura singkat.

“Kau masih kedinginan ?” tanya Yesung.

“Anni, sudah lebih hangat” Yura tersenyum simpul.

“Ngg, Yura-ah” nada Yesung berubah menjadi serius.

“hmm?” Yura membalikan kepalanya ke arah Yesung.

“Kau cinta, maksudku kau cinta terhadap suamimu ?” tanya Yesung.

“Anni, sudah ku katakan jika pernikahan ini didasari dengan paksaan”

“Arra, geunde, apakah kau masih menyimpannya ?”

“Menyimpannya ?” Yura belum mengerti maksud dari pertanyaan Yesung.

“Kata ‘nado saranghae’ saat kau akan kembali ke busan” Yesung mencoba memberi gambaran pada Yura.

“Oh, apakah aku tak terlihat mencintaimu?”

“Anni, aku tahu kau masih menyimpannya, saranghae Lee Yura” Yesung kembali memeluk tubuh Yura.

“Nado” jawab Yura singkat.

“Ehm, Yesung-ah” Yura menggenggam pergelangan tangan Yesung.

“Hmm ?” Yesung membalas genggaman tangan Yura.

“Maukah kau menungguku ?” tanya Yura dengan tatapan pasti.

“Kau hanya menunggu selama 29 hari kedepan, setelah itu keadaan akan kembali normal” lanjut Yura.

“Aku akan menunggumu, walaupun aku harus menunggu selama seribu tahun, kerena aku yakin, kau adalah jodohku” gumam Yesung yang sukses membuat pipi Yura bersemu merah.

“Tetapi, apakah kau bisa bepegang pada satu tiang ?” tanya Yesung.

 “Kau harus percaya padaku, jika tidak hatiku akan semakin sakit” Yura lalu memeluk Yesung kembali.


--00--


“Oppa !” panggil wanita itu dengan nada manja.

“Wae ?” tanya lelaki yang sedang sibuk berkutat dengan benda elektronik dihadapannya itu.

“Ya, oppa ! Bisakah kau menyimpan benda terkutuk itu sejenak ?” gerutu wanita tersebut sambil berkacak pinggang di samping sofa.

“Ne, arata” lelaki itu langsung menyimpan pspnya.

“Wae ? Cha, duduk di sini !” gumam lelaki itu sambil menepuk sofa yang masih belum terisi.

“Oppa, aku merindukanmu” wanita itu langsung berbaring di atas paha lelaki itu.

“Taeyeon-ah, mengapa kau menjadi manaja seperti ini ? Bukankah setiap hari kita selalu bertemu, hmm ?” lelaki itu menundukan kepalanya sembari melihat wajah adiknya itu yang menurutnya sangat amat mirip dengannya.

“Oppa, Donghae memutuskan hubungannya denganku, eottokhae ?” mata onyxnya mulai berkaca-kaca.

“Taeyeon-ah, uljima” Yesung mulai menghapus air mata yang keluar dari mata Taeyeon.

“Oppa, eottokhae ?” air mata Taeyeon semakin mengalir deras.

“Gwaenchana, lelaki di dunia ini banyak Taeng, kalau kau mau, aku bisa menjadi namjachingumu” kelakar Yesung yang disambut dengan cubitan Taeyeon di pinggangnya.

“Aish, appotanika” Yesung menahan pergelangan tangan Taeyeon yang masih usil mencubit pinggang Yesung.

“Ehm, mengapa Donghae memutuskanmu ?” Yesung mulai curiga dengan pernyataan Yesung.

“Dia telah menikah oppa” mata onyxnya memandang Yesung dengan tatapan sendu.

“Menikah ? Dengan siapa ?” Yesung mulai penasaran, ia takut jika perkiraannya benar.

“Yura, Lee Yura” gumam Taeyeon dengan raut wajah semakin sendu.

“Mwo? Lee Yura?” Yesung membelakan matanya.

“Nde” Taeyeon mengelus pipi Yesung dengan telapak tangannya.

“Aku rindu Donghae oppa” lirihnya..

“Kau bisa menganggapku Donghae, saengi” Yesung melepaskan tangan Taeyeeon dari pipinya, lalu tersenyum simpul, walau pun hatinya sedang tak bisa dikompromi dengan kenyataan yang ia harus hadapi saat ini.


--00--


“Lee Donghae-ssi” gumam Yura yang sedang duduk di sebuah tempat makan.

“Wae ?” tanyanya singkat tanpa melihat siapa orang yang sedang berbicara di depannya.

“Apakah kau masih akan tetap bertahan ?” Yura menggigit bibir bawahnya tanda ia gugup dan takut akan jawaban Donghae.

“Ne, hanya tinggal 28 hari lagi, kau tak usah khawatir, aku akan memberikan surat cerai tepat pada tanggal 30” jawabnya sambil terus memperhatikan ponsel yang sedang ia pegang.

“Oh, ne” lirihnya, kembali menunduk sambil menunggu pesanan datang.

“Lee Yura !” teriak seseorang yang baru memasuki tempat makan tersebut.

Yura langsung membalikan tubuhnya, mengarah pada sumber suara “Yesungie” gumamnya sambil tersenyum.

“Yak, oppa ! Lepaskan genggamanmu ! Appo” rutuk seseorang yang sedari tadi berada di belakang tubuh Yesung.

“Mian” Yesung langsung tertawa garing dan mendorong wanita itu agar dapat berdiri sejajar dengannya.

“Yesungie, nuguseo ?” tanya Yura dengan hati-hati.

“Ah, perkenalkan, choneun Taeyeon imnida” ucapnya sambil menundukan tubuhnya.

Mendengar kata ‘Taeyeon’ lelaki yang sedari tadi bekutat dengan ponselnya, langsung membalikan tubuhnya menghadapkan wajahnya ke arah sumber suara. Lelaki itu langsung membelakan matanya, melihat Taeyeon yang tak lain adalah mantan kekasihnya, sedang berdiri dihadapannya.

“Taeng” tanpa sadar lelaki itu langsung mengeluarkan suaranya.

“Op...oppa....” lirih Taeyeon dengan mata yang hampir berkaca-kaca.

“Mianhae” lirih lelaki itu.

“Gwaenchana” jawab Taeyeon dengan senyum hambarnya.

“Ah, Donghae-ah, Yura-ah, bisakah kami bergabung dengan anda ?” ucap Yesung menetralkan suasana.

“Ah, ne” jawab Donghae.


--00--


30 hari kemudian

“Yesungie” teriak seseorang yang sedang berlari menuju taman.

“Ah, Yura-ah” teriak Yesung dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Grepp, Yura langsung memeluk tubuh jangkung Yesung.

“Bogoshipo” ucapnya sembari mengeratkan pelukannya.

“Nado” Yesung memejamkan kedua matanya, menghirup aroma parfume khas milik Yura, yang menurutnya sangat amat menenangkan.

“Saranghae, Lee Yura” ucap Yesung, lalau mengecup dahi Yura.

“Nado, saranghae Kim Yesung” balas Yura.

Yesung menggenggam telapak tangan Yura, lalu menautkan jemari mereka.

“Mulai saat ini, aku akan menjagamu hingga ajal menjemput, ara ?” ucap Yesung.

“Ne, aku akan pegang janjimu, Kim Yesung” ucap Yura.

“Saranghae” ucap Yesung, lagi.

“Yak! Bukankah kau telah mengatakannya ?” tanya Yura.

“Apa peduliku, saranghae saranghae saranghae” jawab Yesung sembari mengacak-acak rambut Yura.

“Arra, mmm apakah kau tak ingin melamarku ?” tanya Yura ragu.

“Melamar ? Untuk apa ?” Yesung menautkan alisnya.

“Ah, lupakan !” Yura menghembuskan nafas beratnya lalu pergi meninggalkan Yesung, mungkin karena ia kesal dengan jawaban yang dilontarkan oleh kekasihnya itu.

“Chakkaman” ucap Yesung sambil memegang pegelangan tang Yura.

“Wae ?!” ucapnya dengan nada kesal.

“Igeo” Yesung menyerahkan setangkai bunga mawar merah.

“Omo, Yesungie” ucap Yura sembari menatap fokus bunga yang sedang di genggam oleh Yesung.

“Ini untukmu Yura-ah, dan.....” Yesung mengambil suatu benda yang ada di sakunya.

“Jari indahmu lebih baik diihasi oleh benda ini” ia lalu memasangkan cicin pada jari manis Yura.

“Will you marry me, Yura ?” ucap Yesung sembar memegang pegelangan tangan Yura yang sedang memegang setangkai bunga mawar.

“Aku...aku...” air mata Yura membendung di kedua pelupuk matanya.

“Aku...” tes, tes, butiran bening itu akhirnya keluar.

“Uljima, Yura-ah” Yesung menghapus kedua air mata yang keluar dari pelupuk mata Yura.

“Kau tak usah menjawabnya” lanjutnya.

“Karena aku yakin, kau akan menerimanya” Yesung lalu memeluk Yura.


--00--


‘Yura-ah, ini bagaikan mukjizat bagiku, bagimu. Do’a-ku selama ini terkabul. Terimakasih Tuhan, Kau telah mengrimkanku seseorang pendamping hidup yang begitu sempurna. Aku berjanji akan selalu menjaganya, melindunginya, dan hidup bersama selamanya hingga ajal menjemput. Saranghae Lee Yura, Yesongwonhi’ gumam yesung dalam hati.

‘Yesung-ah, terima kasih atas semua penantianmu dan kepercayaanmu selama ini. Semua ini bagaikan mimpi bagiku. Aku tak tahu bagaimana hidup kita di masa depan, apakah cerah atau suram. Tetapi, hanya denganmu aku bisa melewatinya. Kita lewati terowongan yang gelap itu menuju titik terang. Aku yakin kau bisa menuntunku ke titik terang tersebut. Saranghae Kim Yesung, Yeongwonhi’ gumam Yura dalam hati.

-Fin-

Note : Ditunggu Commentnya :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar