Minggu, 19 Mei 2013

[Fanfic] A Thousand Years "Bitter Sweet"



Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)

Genre : Romance, Sad
Cast : 
Kim Yesung
Lee Yura, etc
Note : DO NOT COPY !!!! Ini sequel dari fanfic a thousand years :)
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com
-Happy Reading -






Sungai han, tempat pertama kali aku dan dia berjumpa. Setelah berpisah selama 4 tahun lamanya, kami pun dipertemukan di tempat ini. Tempat yang menurutku sangat amat nyaman dan indah, membuat suasana hatiku menjadi lebih tenang pada saat itu. Tetapi kali ini, masih di tempat yang sama, sedikitpun tak mampu mengubah suasana hatiku. Kepalaku serasa pening, tubuhku serasa bergetar hebat, wajahku pucat, dan kakiku tak bisa digerakan. Aku hanya bisa menatap pemandangan sungai han yang indah dengan tatapan kosong. Aku tidak sakit. Ini hanyalah efek setelah aku bertengkar hebat dengan suamiku. Sepertinya lebih baik aku mati dibandingkan harus bertengkar hebat dengan suamiku sendiri yang membuat hatiku tak menentu.

Aku menghela nafas berat. Ku lirik jamtangan ku, tepat pukul 11 malam. Berdiam diri di sungai han selama 6 jam tak membuat masalahku hilang dalam sekejap. Justru masalah itu semakin berkecamuk di dalam diriku. Apakah ia sedang memikirkan masalah itu ? Apakah ia khawatir dengan keadaanku sekarang ? Jujur, tak ada sedikit pun niatku untuk kembali ke rumah, karena itu hanya akan membuat hatiku semakin sakit.

-Flashback-

“Yesung, oppa” gumamku sembari duduk di sofa, menonton tayangan televisi bersamanya.

“Wae?” tanyanya singkat tanpa menolehkan pandangannya dari televisi, apakah siaran televisi itu begitu menarik banginya dibandingkanku ? molla.

“Anniya” jawabku, aku langsung menyandarkan kepalaku di pundaknya, sangat amat nyaman.

“Kau sudah meminum vitamin mu ?” tanyanya.

“Ne, tadi setelah aku selesai mandi sore” jawabku.

“Yura-ah” ucapnya menggantung.

“hmm?” aku menolehkan wajahku hingga pandangan kami bertemu, damn! Dia sangat amat tampan.

“Maukah kau melakukan sesuatu untukku?” ia menggenggam pergelangan tanganku, hangat, sangat hangat. Inilah salah satu hal yang paling aku suka, saat ia menggenggam pergelangan tanganku.

“Apakah itu?” ucapku penuh selidik.

“Maukah kau ..... meninggalkan pekerjaanmu?” ucapnya dengan nada datar.

Emosiku mulai naik mencapai ubun-ubunku. Ingin sekali aku membentak lelaki yang ada dihadapanku ini. Dengan mudanya, ia mengatakan hal itu. Kau jahat Kim Yesung !

“Mwo ? Andwae ! Tak akan pernah !” bentak ku dengan penuh emosi.

“Aku mohon dengan sangat. Apakah kau tak ingat jika kau kini tengah mengandung anak kita? Pikirkan kondisi janinmu !” Yesung tak kalah membentakku.

“Aku selalu menjaga janinku, setiap hari aku selalu mengonsumsi vitamin bahkan susu ibu hamil yang sama sekali tak ku suka. Kau juga mungkin mengetahuinya, jika aku tak suka dengan hal yang berbau susu, melihatnya saja aku hampir muntah” ucapku penuh emosi.

“Apa kau tak bisa mendengar nasihat dari suamimu ini hah ? Aku melakukan hal ini demi kebaikanmu Yura-ah !” geram Yesung, ku rasa ia tak mampu menahan emosinya sekarang.

“Untuk kebaikanku hah ? Dimana kebaikanmu Tuan Kim ? Seharusnya kau selalu mendukung dengan apa yang aku lakukan. Kau tahu, menjadi dokter forensik merupakan cita-citaku Tuan Kim. Bukankah dahulu kau tak mempermasalahkannya Tuan Kim ? Mengapa saat ini kau baru mengungkit hal ini? Bahkan saat aku masih berstatus sebagai istri dari Lee Dong...”

“CUKUP !!” bentak Yesung, ia langsung berdiri menghadapku yang masih terduduk di sofa. Jujur, baru kali ini ia membentakku, tubuhku bergetar hebat saat ia membentakku. Aku ingin menangis saat ini juga.

“Wae ? Kau tak suka ? Cih, payah!” gumamku dengan nada meremehkan.

“Apakah penghasilanku tak cukup untuk membiayaimu Lee Yura ? Kurasa untuk membiayai seluruh warga Korea penghasilanku masih tersisa banyak, apakah kau masih akan tetap bekerja hah ?!”

“Aku tak menuntut penghasilan yang besar, aku hanya memintamu untuk selalu mendukungku dengan apa yang aku lakukan Tuan Kim Yesung !” aku mambentaknya, lalu berdiri menghadapnya.

“Jadi, mana prioritasmu Lee Yura ? Aku atau pekerjaanmu itu?!” Yesung membentakku lagi, kurasa pertahananku hampir hancur. Air mata ini tak mampu aku bendung lagi, aku ingin segera berlari dari tempat ini, menangis di suatu tempat yang sangat sepi.

“Tentu dirimu, aku selalu mengurusi pekerjaan rumah tangga dengan baik. Selama aku bekerja menjadi dokter, apakah kau pernah melihat rumah kita berantakan ? Kurasa tidak Tuan Kim ! Aku cukup profesional dalam bekerja, tugas dan kewajiban melayani dan mendampingimu merupakan prioritas bagiku. Lalu, apakah aku prioritasmu Tuan Kim Yesung ?” gumamku dengan nada dingin dan menusuk.
Jlebb, dia diam seribu bahasa. Kurasa deru nafasnya semakin kencang. Gugup, mungkin.

“Sudah kutebak, jika aku bukan prioritasmu” gumamku dengan sedikit menekankan pada kata ‘bukan’.

“Nona Shin JeYoung, pengusaha muda yang merupakan direktur utama Shin Corp. Juga merupakan partnermu dalam berbisnis. Apakah hubungan kalian bisa dikatakan dengan sebutan ‘rekan bisnis’ atau.... lebih?” gumamku yang mampu membuat seseorang Kim Yesung diam.

“Seseorang pengusaha muda, cantik, dan diusia mudanya ini ia bisa memiliki segalanya. Waw, daebak ! Atau mungkin ia juga bisa memiliki suamiku ? Omo ! Eottokhae ? Wanita itu sungguh sempurna” ucapku dengan nada sinis dan diakhiri dengan tawa garingku.

“Cukup Lee Yura ! Aku dan dia tak ada hubungan sama sekali !” ucap Yesung tegas.

“Apakah aku bisa mempercayainya ? Ku rasa lebih baik aku berpikir, apakah hubungan kita akan berlanjut, atau berakhir dengan tragis ?” ucapku sambil berlalu dari hadapannya. Ku rasakan genggaman hangat, memegang pergelangan tangan kananku.

“Tunggu” ucap Yesung singkat.

“Jangan egois, Kim Yesung !” aku membanting lengannya yang sedang menggenggam pergelangan tanganku, lalu berlari keluar apartement.

BRAKK, aku langsung membanting pintu apartemen.

-Flashback End-

Butiran air mata keluar dari pelupuk mataku untuk kesekian puluh kalinya. Mengingatnya membuat hatiku sakit, sangat amat sakit. Aku hanya ingin ia mengerti kondisiku, apakah hal ini begitu berat baginya ? Ini bukan lah hal kecil, ini adalah hal yang amat sangat besar. Ia membantuku menaiki jurang yang sangat dalam, lalu ia menghempaskanku ke jurang yang berbeda tetapi lebih dalam dari jurang pertama.
 ‘Aegi-ya, bantu eomma menghadapi appamu, ne!” ucapku sambil mengelus perutku yang mulai membesar.


--00--


Cklek, aku membuka pintu aprtemen dengan sangat amat pelan sehingga tak menimbulkan suara nyaring yang kemungkinan akan membangunkan Yesung dari tidurnya, jika memang ia ada di rumah. Trak, lampu tiba-tiba menyala dan seseorang menghampiriku.

“Dari mana saja dirimu ? Jam berapa sekarang ?” ucapnya dingin.

“Apakah jika aku mengatakannya akan berpengaruh terhadapmu Yesung-ssi ? Kurasa tidak” aku pun berlalu dari hadapannya.

“Yak ! Lee Yura ! Kau anggap apa suamimu saat ini, hah?” ucanya dengan menaikan sedikit volume suaranya. Langkahku terhenti, jujur saat ini aku sangat amat butuh tempat untuk melampiaskan, ah! Kim Taeyeon.

“Sudahlah, kurasa aku, kamu membutuhkan waktu untuk berintropeksi diri” aku langsung menuju kamarku, memasukan  seluruh pakaianku ke dalam koper.

“Lee Yura ! Apakah kau gila, hah ?” ucapnya sambil berdiri dihadapan pintu kamar kami.

“Apa pedulimu, hah ?” au sedikit berteriak keras sambil terus memasukan pakaianku ke dalam koper.

“Aku suamimu ! Hargailah sedikit !” ia membentakku, kurasa jantungku sekarang memompa 10 kali lebih cepat tubuhku begetar tak kalah hebat dengan debaran jantungku.

“Apakah kau menghargai pekerjaanku, hah ? Kurasa tidak !” sejenak aku memberhentikan aktivitasku.

“Sudahlah, aku pergi Kim yesung !” bentakku sambil berjan ke luar apartemen.

“Yak !” ia berteriak keras, lalu berlari menyusulku. Ia langsung menarikku dan menggendongku ala bridal style da langsung menghempaskanku kedalam ranjang.

“Ku rasa, kau harus sedikit menghormatiku, nona Lee” ucapnya dingin.

“Tidur dan jangan ungkit masalah ini !” bentaknya sembari tidur membelakangiku. Tubuhku bergetar hebat, aku langsung membalikan tubuhku membelakanginya. Tes, air mata keluar dari sudut mataku.


Yesung POV

Ia membalikan tubuhnya membelakangiku. Kurasa ia benar-benar marah. Mengapa ia begitu marah? Apakah aku salah ? Kurasa tidak. Aku menyuruhnya demi kebakannya dan juga untuk kebaikan janin di dalamnya. Aku tak ingin ia kelelahan, karena itu dapat membahayakan janin yang ada di dalamnya.

Ku dengar isakan yang mungkin keluar dari bibirnya yang bergetar hebat. Jleb, bagaikan ditusuk beribu-ribu panah, hatiku serasa hancur ketika mendengarnya menangis. Terlebih, ia mengis karena diriku. Kau bodoh Jongwoon ! Tak seharusya kau membentak istrimu sendiri. Aku terdiam, ingin sekali aku memeluknya, 
menenagkan hatinya. Tetapi, aku tak bisa, terlalu sulit bagiku.

Kulirik jam kecil yang ada di samping kasurku. Pukul 02.00 pagi. Kurasa, malam ini aku tak dapat tidur dengan tenang. Mengapa ? Karena banyaknya masalah yang menimpaku. Aku terbangun dari tidurku, berdiri di samping ranjangnya. Kulihat bekas air mata yang masih terlihat jelas di pipinya yang membuatku merasakan sakit yan amat terdalam. Ku kecup dahinya tanda permohonan maafku.


--00--


 Yura POV

Sudah seminggu berlalu, semenjak kejadian yang membuatku semakin tertekan. Sikapnya berubah menjadi dingin, sangat amat dingin. Ia selalu pulang larut malam, seakan-akan ia lebih baik di luar rumah dibandingkan berdiam di rumah bersamaku. Dan semenjak seminggu ini surat pengunduran diriku masih belum di tanda tangan oleh pihak rumah sakit.

Kring, bel apartemen membuyarkan lamunanku. Aku segera membuka pintu aprtemenku. Ku lihat seseorang mengantarkan surat. Apakah itu surat pengunduran diriku ? Ku harap itu. Dengan perasaan berbunga-bunga, aku langsung membuka surat tersebut. Ternyata benar, surat tersebut telah ditanda-tangani. Entah apa yang aku rasakan, perasaan bahagia bercampur sedih. Namun tak apa, ini demi kebaikan keluargaku.

Kring, suara bel berbunyi kembali. Aku sedikit mendengus kesal ketika mendengarnya. Dengan terpaksa, aku melangkahkan kedua kaki ku untuk membuka lagi pintu aprtemen.

“Tak ada siapa-siapa” gumamku.

Tanpa sengaja aku menginjak sesuatu. Koran ? hmmm, aku pun segera memungutnya dan kembali masuk ke dalam apatremen. Aku mendudukkan tubuhku di sofa untuk membaca kilasan berita hari ini. Ku buka dan kubaca setiap lembar koran tersebut, hingga pergerakan tanganku terhenti pada lembar ke 3. Kubaca,  kubaca, dan kubaca lagi. Aku tak percaya hal ini terjadi. Ingin sekali aku berteriak keras, memeluk seseorang untuk melampiaskan rasa kebahagiaanku.

Ini demi kebaikan semua. Aku tak mau terjadi kesalah pahaman terutama dengan pihak lain. Putusnya hubungan kerja kami bukan karena aku berpisah dengan Shin JeYoung. Kami tak memiliki hubungan apapun, hanya hubungan kerja semata. Aku mohon, jangan perpanjang masalah ini lagi, terima kasih. 27/04/13. Komentar Yesung dalam kolom ‘KIM COOPERATION MEMUTUSKAN HUBUNGAN 
 KERJA DENGAN SHIN COOPERATION’.


--00--


“Annyeong” ucapku sembari memasuki ruangan direktur tempat melamar kerja.

“Masuklah” ucap seseorang yang sedang terduduk membelakangiku.

“Ne” aku pun segera duduk di kursi yang telah disediakan.

“Ada keperluan apa ?” ucapnya dengan nada dingin. Aneh, apakah ia memiliki kepribadian ganda ? Sifatnya sungguh berbeda. Atau mungkin karena masalah ini, menyebabkan ia bersikap dingin? Mollayo.

“Bukankah di perusahaan ini sedang memerlukan karyawan ? Jadi aku ingin melamar pekerjaan” ucapku gugup, sungguh sangat gugup. Bahkan untuk mengeluarkan sepatah kata pun aku sangat amat gugup. Mengapa kau seperti ini di depan suamimu ?

“Baik, perkenalkan dirimu !” ucapnya dingin.

“Oh, ne. Lee Yura im....” belum sempat aku mengucapkan namaku ia langsung membalikan kursinya.

“Yura ?” potongnya sembari membelakan kedua mata sipitnya.

“Ne” jujur, aku tak kuat menahan tawaku. Ingin sekali aku tertawa saat ini. Aku pun hanya bisa tersenyum.

“Untuk apa kau ke sini ?” ia berjalan ke arahku.

“Melamar pekerjaan, Kim Sajangnim” ucapku teruntunduk.

“Bukankah kau bekerja sebagai dokter forensik di Seoul International Hospital, hmm?” ia pun mendudukan dirinya di sebuah kursi kosong yang ada sampingku, lalu membalikan kursi yang sedang aku duduki agar aku bisa langsung bertatapan dengannya.

“Anni, surat pengunduran diriku sudah cair. Dan tadi pagi aku telah membereskan ruanganku. Jadi, apakah aku bisa diterima di perusahaan ini, Kim Sajangnim ?” ucapku sambil menyerahkan sebuah map. Ia pun langsung membuka map tersebut, membacanya dengan teliti.

“Baik” ia pun menutup map tersebut lalu menghela nafas.

“Lebih baik kau bekerja di perusahaan lain nona Lee, kurasa dengan redikat cumlaude-mu itu kau mungkin bisa diterima di perusahaan lain di Korea ini” ucapnya.

“Tapi, bukan kah kau sedang membuthkan karyawan ? Apakah kau pikir, seorang karyawan dengan predikat cum laude sangat kurang memusakan hasil pekerjaanya ? Kurasa tidak, ia akan semakin memajukan perusahaan tempatnya bekerja”

“Tapi ku rasa, kau tak pantas menduduki pekerjaan tersebut nona Lee” ia menyeringai, mengeluarkan smirk yang ku tahu itu adalah seringaian untuk mentupi ‘keinginannya’.

“Oh, baiklah. Terima kasih atas saranmu Kim Sajangnim. Aku permsi, annyeong” rasa kesal menghantui pikiranku. Jujur, di sini aku lah yang menjadi korban. Apakah aku selalu salah di matanya ? Menjadi dokter ? Salah. Melamar di perusahaannya ? Salah. Apakah aku harus berdiam di rumah, menunggunya pulang ke rumah ? Itu bisa membuatku gila. Tanpa pikr panjang aku langsung beranjak dari tempat dudukku.

“Tapi....” ucapnya menggantung dan langkahku pun terhenti.

“Aku akan memberikan perkerjaan kepadamu secara cuma-cuma” gumamnya singkat.
Aku senang, sangat amat senang. Akhirnya, aku pun bisa bekerja. Namun segera ku singkirkan rasa senangku, menampilkan ekspresi datarku yang sengaja ku buat.

“Kau yakin ?”

“Ne, untuk apa aku berbohong” ucapnya dengan lagak sok, boss.

“Tapi, ada satu syarat” ucapnya masih dengan seringaian.

“Apa?” balasku dengan tatapan tajam.

“Ehm” ia berjalan menedekatiku.

“Cukup mudah, kau hanya memberikan jatahku yang tertunda selama dua bulan lalu”
 Aku dibuat bingung dengan pernyataannya. Sejenak aku berpikir, dua blan lalu aku berjanji apa ? Aku tak penah berjanji apapun dengannya. Aku terus memutar otakku, berharap menemukan jawabannya. Dan...

“Mwo ? Kau gila, Kim Sajangnim !” rutukku, ia berjalan mendekatiku, otomatis aku langsung berjalan mudur sampai punggungku merasakan dinginnya dinding ruang kerjanya.

“Saat ini juga !” ucapnya tegas.

“Andwae” teriakku.

“Baiklah jika itu yang kau mau, kau bisa memberikanku kisseu, lalu ku angkat kau menjadi sekretarisku.

“Hanya itu saja, ok !”

“Ne, aku janji”

Cup, aku mengecup bibirnya perlahan. Aku menumpukan tangan kiriku pada tengkuk Yesung. Memperdalam ciuman kami. Kami saling melumat bibir masing-masing merasakan kelembtan yang kami salurkan. Tanpa sadar aku telah menggulungkan kedua tanganku tepat di leher Yesung. Aigoo, apa yang aku lakukan saat ini ? Mengapa aku menjadi mengikuti permainan ini ?

“Kau mau lebih nona Lee ?” ia langsung mengeluarkan smirknya, otomatis aku lengsung bergidik ngeri melihat tatapannya.

“Tak ada penolakan, yeobo” ia langsung melahap bibirku, aku pun sama ikut terlena dalam permainannya. Tanpa sadar, tangannya sudah berada tepat di leherku untuk membukan kancing kemejaku. Ah, sepertinya hari ini akan menjad hari yang panjang bagiku juga baginya. Kim Sajangnim, saranghae yeongwonhi.


-Fin-

Note : Ditunggu commentnya :)
 

Rabu, 15 Mei 2013

[Fanfic] A Thousand Years (Sequel of Camera)

Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)
Genre : Romance, Sad
Cast : 
Kim Yesung
Lee Yura, etc
Note : DO NOT COPY !!!!
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com



-Happy Reading -




“Aku mencintaimu” ucap mempelai pria.

“Aku juga mencintaimu” jawab mempelai wanita dengan wajah berbinar.

Cup, satu kecupan mendarat dibibir merah wanita tersebut. Pria tersebut langsung memeluk wanita yang baru saja menjadi istrinya tersebut.

“Ingat perjanjian kita !” ucap pria itu dengan nada yang begitu dingin dan menusuk.

“Arra, aku selalu mengingatnya, kau tenang saja tuan Lee” jawab wanita tersebut dengan nada tak kalah dingin dan menusuk.

“Jangan pernah tinggalkanku, arra !” ucap pria tersebut sambil melepaskan pelukannya.

“Ne, aku akan selalu berada disisimu nae nampyeon” jawab wanita tersebut.


--00—


“Yak, Kim Taeyeon !” teriak seseorang yang sedang berkutat dengan gamenya.

“Wae ?” bentak Taeyeon yang sedang memasak.

 “Ambilkan aku minum, ppali !” ucap pria tersebut.

“Aish” rutuk Taeyeon sebelum ia mengambil segelas air mineral.

“Ige oppa !” gumam Taeyeon dengan nada malas.

“Yak, bisakah kau sedikit sopan terhadap oppamu yang tampan ini” gumam pria itu sambil mempause pspnya itu.

“Tampan ? Kukira lebih tampan choco dibandingkanmu” cibir Taeyeon terhadap oppanya.

“Choco ? Hewan mengerikan milik Lee Donghae, namjachinggumu ? Neo jinja !” rutuk pria itu.

“Sudahlah, aku akan ke dapur, ah chakka ! Jika kau memanggilku lagi, kau akan mati Kim Yesung !” ucap Taeyeon dengan nada mengerikan.


--00—


Seorang wanita berparas sangat amat cantik sedang berjalan dikawasan sungai han. Dinginnya udara malam tak membuat wanita tersebut berniat untuk meninggalkan tempat tersebut.  Sekilas, senyum kebagahagian terukir di bibir merahnya itu. Mungkin dikarenakan ia memiliki waktu luang, setelah ia melakasanakan pernikahan sehari yang lalu.

“Apakah ia akan menepati janjinya ?” gumam wanita itu sambil bersandar di pagar piggiran sungai han.

“Apakah aku pantas mengharapkan janjinya, sementara aku telah memiliki suami?” wanita berambut coklat itu menghela nafas berat.

“Sudahlah, mungkin ia lupa akan janjinya” ia membalikan tubuhnya menghadap sungai yang ada didepannya.

Bip.bip.bip, ponsel wanita bergetar.

“Yeobseo ?” wanita itu memulai pembicaraan.

“...............................”

“Ne oppa, aku akan pulang sekarang”

“...............................”

“Annyeong” tanpa pikir panjang, wanita itu langsung berlari menuju tempat parkir mobil.

Brukk, ia menabrak seseorang.

“Ah, mianhamnida” gumam wanita itu sambil menundukan tubuhnya 90 derajat.

“Ah, gwaen,,, Lee Yura ?” lelaki tersebut membelakan matanya sesaat saat melihat wanita yang ada di hadapannya sekarang.

“Kim Yesung” ucap Yura itu tak kalah senang.

“Bogoshipo, Yura-ah” Yesung langsung memeluk erat tubuh mungil Yura.

“Nado, Yesungie” Yura mengeratkan pelukannya, tanpa menyisakan satu celah diantara mereka.

Pertemua ke-dua, setelah 4 tahun lamanya berpisah. Mereka berpelukan sangat erat, melampiaskan rasa rindu yang mereka pendam. Merasakan setiap kehangatan yang diberikan oleh lawan jenisnya masing-masing.

“Mianhae” Yura melepaskan pelukanya lalu menundukan kepalanya.

“Wae ?” tanya Yesung.

“Mianhae” ucap Yura lagi dengan nada bergetar.

“Wae? Malhae” pinta Yesung dengan nada lembut.

“Mi...mi...mian” kali ini air mata Yura tak bisa terbendung lagi, mengeluarkan butiran kristal dari pelupuk mata hazelnya.

Yesung menarik tengkuk wajah Yura agar ia bisa melihat wajah Yura. Wajah Yesung berubah menjadi mencelos, ketika melihat air mata yang keluar dari kedua pelupuk mata Yura. Ia tak tahu apa yang ia harus lakukan sekarang.

“Uljima” Yesung menempelkan kedua ibu jarinya tepat dipipi Yura, menghapus setiap butiran air mata yang keluar dari wajah cantik sahabatnya itu.

“Yesung-ah, mianhae” air mata yang tadi telah reda, kembali keluar.

“Uljima, Yura-ah, jebal” Yesung kembali memeluk Yura, membiarkan berjuta butiran air mata membasahi mantel hitam yang sedang ia gunakan.

“Yesung-ah” Yura melepaskan pelukannya.

“Malhaebwa!” pinta Yesung kembali.

“Aku telah menikah” ucap Yura dengan nada sangat amat pelan.

Bagaikan diserang beribu-ribu volt arus listrik, ia hanya bisa menatap nanar wajah Yura. Manampilkan ekspresi sangat amat tertekan. Wanita yang ia tunggu selama 4 tahun bahkan lebih, telah menikah. Ingin sekali ia berteriak saat ini juga, melampiaskan semua emosi yang ada di benaknya. Tetapi, sekalipun ia harus berteriak, keadaan tak bisa kembali seperti semula.

“Kkauu....” lirih Yesung.

“Mianhae, Yesung-ah, aku terpaksa” gumam Yura.

“Sudahlah, lebih baik kau pulang. Kau tak kasihan terhadap suamimu yang mungkin sekarang sedang menunggumu?” Yesung mencba menetralkan suasana, walau pun suasana hatinya sangat kacau.

“Ne, arasseo” gumam Yura.

Dengan langkah gontai Yesung meninggalkan Yura yang masih berdiri mematung sambil melihat puggung Yesung yang perlah menghilang.

Tes..tes..tes.. gerimis turun membasahi Kota Seoul. Yura masih bediri mematung, membiarkan hujan membasahi dirinya, membiarkan air mengalir di tubuhnya, berharap air tersebut mengalir dengan membawa masalahnya. Ia sudah cukup penat dengan semua masalah yang dihadapinya, jika memungkinkan ia lebih memilih mati dibandingkan hidup dengan masalah-masalah yang dihadapinya.

“Yura!” seseorang menghampiri Yura.

“Yura, sadar ! Ini aku Yesung, aku akan terus berada di sampingmu” gumam Yesung sambil mengusap wajah Yura yang terkena air hujan.

“Hujan semakin deras, lebih baik kita berteduh di halte itu” Yesung menarik Yura menuju halte di seberang jalan.

Tubuh Yura bergetar hebat, bibirnya membiru, dan kulitnya berubah menjadi pucat. Ia melipatkan kedua tangannya tepat di atas perutnya.

“Kau kedinginan” gumam Yesung. Ia melepaskan mantel yang ia gunakan, lalu memakaikannya ke pundak Yura.

“Gomawo” gumam Yura. Ia memejamkan matanya sejenak, merasakan setiap kehangatan dari mantel yang ia gunakan.

Grepp, Yesung memeluk tubuh Yura. Mencoba memberikan sedikit kehangatan pada tubuh Yura. Yura memejamkan matanya saat Yesung memeluk tubuhnya. Hangat, itulah yang ia rasakan saat ini. Tubuh Yesung mampu membuat suhu dalam tubuh Yura berubah 180 derajat.

Tanpa sengaja pandangan Yesung bertemu dengan mata hazel milik Yura. Perlahan Yesung mendekatkan wajahnya ke wajah Yura. Yura merasakan deru nafas Yesung yang sangat hangat. Kemudian Yesung membelai lembut pipi Yura, sementara ibu jarinya membelai bibir bawah Yura dengan amat lembut. Ada perasaan lain saat Yesung menyentuhnya (Yura). Kali ini Yura bisa merasakan sengatan disetiap sentuhan Yesung yang membuatnya memejamkan kedua matanya.

Yura merasakan sensasi basah pada bibirnya. Semua itu karena Yesung mencium bibir Yura dengan lembut. Tangannnya masih terus membelai kedua pipi Yura, beralih pada tengkuk dan menekannya. Ciuman kali in membuat Yura melayang, bagaikan beribu-ribu kupu-kupu terbang di perutnya. Yesung melepaskan ciumannya, membuat Yura membuka kedua matanya yang tertutup rapat sejak tadi.

“Mianhae” ucap Yesung canggung.

“Ngg, gwaenchana” jawab Yura kebingungan.

“Hujan belum reda” gumam Yesung.

“Ne” jawab Yura singkat.

“Kau masih kedinginan ?” tanya Yesung.

“Anni, sudah lebih hangat” Yura tersenyum simpul.

“Ngg, Yura-ah” nada Yesung berubah menjadi serius.

“hmm?” Yura membalikan kepalanya ke arah Yesung.

“Kau cinta, maksudku kau cinta terhadap suamimu ?” tanya Yesung.

“Anni, sudah ku katakan jika pernikahan ini didasari dengan paksaan”

“Arra, geunde, apakah kau masih menyimpannya ?”

“Menyimpannya ?” Yura belum mengerti maksud dari pertanyaan Yesung.

“Kata ‘nado saranghae’ saat kau akan kembali ke busan” Yesung mencoba memberi gambaran pada Yura.

“Oh, apakah aku tak terlihat mencintaimu?”

“Anni, aku tahu kau masih menyimpannya, saranghae Lee Yura” Yesung kembali memeluk tubuh Yura.

“Nado” jawab Yura singkat.

“Ehm, Yesung-ah” Yura menggenggam pergelangan tangan Yesung.

“Hmm ?” Yesung membalas genggaman tangan Yura.

“Maukah kau menungguku ?” tanya Yura dengan tatapan pasti.

“Kau hanya menunggu selama 29 hari kedepan, setelah itu keadaan akan kembali normal” lanjut Yura.

“Aku akan menunggumu, walaupun aku harus menunggu selama seribu tahun, kerena aku yakin, kau adalah jodohku” gumam Yesung yang sukses membuat pipi Yura bersemu merah.

“Tetapi, apakah kau bisa bepegang pada satu tiang ?” tanya Yesung.

 “Kau harus percaya padaku, jika tidak hatiku akan semakin sakit” Yura lalu memeluk Yesung kembali.


--00--


“Oppa !” panggil wanita itu dengan nada manja.

“Wae ?” tanya lelaki yang sedang sibuk berkutat dengan benda elektronik dihadapannya itu.

“Ya, oppa ! Bisakah kau menyimpan benda terkutuk itu sejenak ?” gerutu wanita tersebut sambil berkacak pinggang di samping sofa.

“Ne, arata” lelaki itu langsung menyimpan pspnya.

“Wae ? Cha, duduk di sini !” gumam lelaki itu sambil menepuk sofa yang masih belum terisi.

“Oppa, aku merindukanmu” wanita itu langsung berbaring di atas paha lelaki itu.

“Taeyeon-ah, mengapa kau menjadi manaja seperti ini ? Bukankah setiap hari kita selalu bertemu, hmm ?” lelaki itu menundukan kepalanya sembari melihat wajah adiknya itu yang menurutnya sangat amat mirip dengannya.

“Oppa, Donghae memutuskan hubungannya denganku, eottokhae ?” mata onyxnya mulai berkaca-kaca.

“Taeyeon-ah, uljima” Yesung mulai menghapus air mata yang keluar dari mata Taeyeon.

“Oppa, eottokhae ?” air mata Taeyeon semakin mengalir deras.

“Gwaenchana, lelaki di dunia ini banyak Taeng, kalau kau mau, aku bisa menjadi namjachingumu” kelakar Yesung yang disambut dengan cubitan Taeyeon di pinggangnya.

“Aish, appotanika” Yesung menahan pergelangan tangan Taeyeon yang masih usil mencubit pinggang Yesung.

“Ehm, mengapa Donghae memutuskanmu ?” Yesung mulai curiga dengan pernyataan Yesung.

“Dia telah menikah oppa” mata onyxnya memandang Yesung dengan tatapan sendu.

“Menikah ? Dengan siapa ?” Yesung mulai penasaran, ia takut jika perkiraannya benar.

“Yura, Lee Yura” gumam Taeyeon dengan raut wajah semakin sendu.

“Mwo? Lee Yura?” Yesung membelakan matanya.

“Nde” Taeyeon mengelus pipi Yesung dengan telapak tangannya.

“Aku rindu Donghae oppa” lirihnya..

“Kau bisa menganggapku Donghae, saengi” Yesung melepaskan tangan Taeyeeon dari pipinya, lalu tersenyum simpul, walau pun hatinya sedang tak bisa dikompromi dengan kenyataan yang ia harus hadapi saat ini.


--00--


“Lee Donghae-ssi” gumam Yura yang sedang duduk di sebuah tempat makan.

“Wae ?” tanyanya singkat tanpa melihat siapa orang yang sedang berbicara di depannya.

“Apakah kau masih akan tetap bertahan ?” Yura menggigit bibir bawahnya tanda ia gugup dan takut akan jawaban Donghae.

“Ne, hanya tinggal 28 hari lagi, kau tak usah khawatir, aku akan memberikan surat cerai tepat pada tanggal 30” jawabnya sambil terus memperhatikan ponsel yang sedang ia pegang.

“Oh, ne” lirihnya, kembali menunduk sambil menunggu pesanan datang.

“Lee Yura !” teriak seseorang yang baru memasuki tempat makan tersebut.

Yura langsung membalikan tubuhnya, mengarah pada sumber suara “Yesungie” gumamnya sambil tersenyum.

“Yak, oppa ! Lepaskan genggamanmu ! Appo” rutuk seseorang yang sedari tadi berada di belakang tubuh Yesung.

“Mian” Yesung langsung tertawa garing dan mendorong wanita itu agar dapat berdiri sejajar dengannya.

“Yesungie, nuguseo ?” tanya Yura dengan hati-hati.

“Ah, perkenalkan, choneun Taeyeon imnida” ucapnya sambil menundukan tubuhnya.

Mendengar kata ‘Taeyeon’ lelaki yang sedari tadi bekutat dengan ponselnya, langsung membalikan tubuhnya menghadapkan wajahnya ke arah sumber suara. Lelaki itu langsung membelakan matanya, melihat Taeyeon yang tak lain adalah mantan kekasihnya, sedang berdiri dihadapannya.

“Taeng” tanpa sadar lelaki itu langsung mengeluarkan suaranya.

“Op...oppa....” lirih Taeyeon dengan mata yang hampir berkaca-kaca.

“Mianhae” lirih lelaki itu.

“Gwaenchana” jawab Taeyeon dengan senyum hambarnya.

“Ah, Donghae-ah, Yura-ah, bisakah kami bergabung dengan anda ?” ucap Yesung menetralkan suasana.

“Ah, ne” jawab Donghae.


--00--


30 hari kemudian

“Yesungie” teriak seseorang yang sedang berlari menuju taman.

“Ah, Yura-ah” teriak Yesung dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Grepp, Yura langsung memeluk tubuh jangkung Yesung.

“Bogoshipo” ucapnya sembari mengeratkan pelukannya.

“Nado” Yesung memejamkan kedua matanya, menghirup aroma parfume khas milik Yura, yang menurutnya sangat amat menenangkan.

“Saranghae, Lee Yura” ucap Yesung, lalau mengecup dahi Yura.

“Nado, saranghae Kim Yesung” balas Yura.

Yesung menggenggam telapak tangan Yura, lalu menautkan jemari mereka.

“Mulai saat ini, aku akan menjagamu hingga ajal menjemput, ara ?” ucap Yesung.

“Ne, aku akan pegang janjimu, Kim Yesung” ucap Yura.

“Saranghae” ucap Yesung, lagi.

“Yak! Bukankah kau telah mengatakannya ?” tanya Yura.

“Apa peduliku, saranghae saranghae saranghae” jawab Yesung sembari mengacak-acak rambut Yura.

“Arra, mmm apakah kau tak ingin melamarku ?” tanya Yura ragu.

“Melamar ? Untuk apa ?” Yesung menautkan alisnya.

“Ah, lupakan !” Yura menghembuskan nafas beratnya lalu pergi meninggalkan Yesung, mungkin karena ia kesal dengan jawaban yang dilontarkan oleh kekasihnya itu.

“Chakkaman” ucap Yesung sambil memegang pegelangan tang Yura.

“Wae ?!” ucapnya dengan nada kesal.

“Igeo” Yesung menyerahkan setangkai bunga mawar merah.

“Omo, Yesungie” ucap Yura sembari menatap fokus bunga yang sedang di genggam oleh Yesung.

“Ini untukmu Yura-ah, dan.....” Yesung mengambil suatu benda yang ada di sakunya.

“Jari indahmu lebih baik diihasi oleh benda ini” ia lalu memasangkan cicin pada jari manis Yura.

“Will you marry me, Yura ?” ucap Yesung sembar memegang pegelangan tangan Yura yang sedang memegang setangkai bunga mawar.

“Aku...aku...” air mata Yura membendung di kedua pelupuk matanya.

“Aku...” tes, tes, butiran bening itu akhirnya keluar.

“Uljima, Yura-ah” Yesung menghapus kedua air mata yang keluar dari pelupuk mata Yura.

“Kau tak usah menjawabnya” lanjutnya.

“Karena aku yakin, kau akan menerimanya” Yesung lalu memeluk Yura.


--00--


‘Yura-ah, ini bagaikan mukjizat bagiku, bagimu. Do’a-ku selama ini terkabul. Terimakasih Tuhan, Kau telah mengrimkanku seseorang pendamping hidup yang begitu sempurna. Aku berjanji akan selalu menjaganya, melindunginya, dan hidup bersama selamanya hingga ajal menjemput. Saranghae Lee Yura, Yesongwonhi’ gumam yesung dalam hati.

‘Yesung-ah, terima kasih atas semua penantianmu dan kepercayaanmu selama ini. Semua ini bagaikan mimpi bagiku. Aku tak tahu bagaimana hidup kita di masa depan, apakah cerah atau suram. Tetapi, hanya denganmu aku bisa melewatinya. Kita lewati terowongan yang gelap itu menuju titik terang. Aku yakin kau bisa menuntunku ke titik terang tersebut. Saranghae Kim Yesung, Yeongwonhi’ gumam Yura dalam hati.

-Fin-

Note : Ditunggu Commentnya :)