Sabtu, 20 April 2013

[Fanfic] Lonely

Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)

Genre : Romance, Sad
Cast : 
Xi Luhan
Lee Yura
Oh Sehun
Note : DO NOT COPY !!!!
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com
 
 
 
-Happy Reading-
 
 
 
Seorang lelaki berdiri di balik pohon, menatap kedua insan dengan tatapan sendu. Tatapannya tak pernah lepas dari seorang wanita yang sedang bercengkrama dengan seorang pria. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, ia pun tidak mengetahui apa maksud dari perbuatan yang dilakukannya. Lelaki itu mengeratkan mantel berwarna biru dongker yang ia pakai.

Sama halnya dengan pria tadi, wanita yang kini sedang bercengkrama dengan temannya sibuk memikirkan kata-kata yang masih terngiang dipikirannya. Walau pun ia sedang bercengkrama, tetapi pikirannya masih berkecamuk.

“Yura Noona (Kakak Perempuan)” lelaki itu berusaha menyadarkan temannya.

“Ah” wanita yang dipanggil Yura itu tersadar dari lamunannya.

“Kau tak fokus” gumam Sehun kecewa.

“Mianhae Sehun” ia meminta maaf.

“Sudahlah, aku akan pergi ke membeli makanan, kau tunggu di sini” gumamnya sambil berlalu dari hadapan Yura.

Yura menatap setiap inchi pemandangan dari atas bukit ini, sampai pandangannya bertemu dengan seorang pria yang berdiri dibalik pohon. Senyum yang terukir dibibir manisnya perlahan hilang dalam seketika, berganti dengan tatapan kosong.

“Luhan...”  lirih wanita itu.

Air mata turun membasahi wajah cantik wanita itu. Ingin sekali wanita itu berteriak di depan lelaki yang sedang berdiri itu, namun ia tak kuasa. Ia tak mau lagi untuk ‘sakit’ saat berhadapan dengan pria tersebut. 
Terlebih pria itu telah membua perjanjian dengannya.

-Flashback-

“Yura” sapa lelaki berdarah Cina itu dengan senyum terukir dibibirnya.

“Luhan, bogoshipo (aku merindukanmu)” ia langsung memeluk kekasihnya.

“Yak, mengapa kau menjadi manja seperti ini” lelaki itu berpura-pura kesal diikuti tawa renyahnya.

“Tak boleh ?” gadis itu melepaskan pelukannya.

“Kau boleh memelukku sepuasanya Yura” lelaki itu memeluk erat kekasihnya.

“Kau kenapa ?” tanya Yura yang menyadari ada hal ganjil pada diri Luhan saat memeluknya.

“Tak apa” Luhan kembali mengeratkan pelukannya. Merasa aneh dengan tingkah laku Luhan, Yura melepaskan pelukannya.

“Ada masalah ?” Yura mulai berbicara fokus.

“Tak ada” jawab Luhan santai.

“Jawab jujur !” Yura mengajak Luhan untuk duduk di bangku taman.

“Ehm” suara kecil Luhan mengisi kekosongan taman tersebut. Ia menghela nafas, berusaha menghilangkan rasa gugup dan takutnya itu.

“Kita....putus” dua kata yang diucapka Luhan mampu mengubah suasana hati Yura.

“Apa maksudnya ?” bentak Yura dengan emosi yang memuncak.

“Aku tak bisa menjelaskannya Yura, maaf” lirih Luhan.

“Dengan mudahnya kau mengataka PUTUS hah ! Kau tak tahu arti dari kata itu” bentak Yura dengan air mata yang keluar deras.

“Tolong dengarkan aku, ini demi kebaikan kita” Luhan bergumam.

“Kebaikan apa? Ku kira kau pria baik, ternyata... aku kecewa” Yura berteriak keras.

Plakk, sebuah tamparan mendarat di pipi mulus milik Luhan.

“Aku tak mengerti jalan pikiranmu Xi Lu Han” gadis itu menghapus air matanya.

“Dengarkan aku!” Luhan mengenggam pergelangan tangan Yura.

“Apa ? Apa lagi yang akan kau jelaskan ?” Yura tertawa sinis.

“Tolong dekati Sehun....... Terima kasih untuk semua kasih sayang yang terlah kau berikan. Saranghaeyo ( Aku cinta padamu )” Luhan berlalu dari hadapan Yura.

Tubuh Yura melemas, pikirannya sangat amat berkecamuk. Tangisnya semakin menjadi-jadi saat Luhan pergi dari hadapannya. Ia tak tahu apa yang harus ia perbuat sekarang. Hidupnya telah hancur, tak ada lagi harapan dan semangat untuk hidup.

“Luhan, mengapa kau melakukan ini semua. Ini diluar akal Luhan. Kau gila !” bentak Yura dibalik isakannya.

-Flashback Off-

“Yura Noona” seseorang menyadarkan lamunannya.

“Ah, Sehun” ia tersenyum sangat kecut.

“Cha! Makan ini!” Sehun memberikan makanan ringan kepada Yura.

“Gomawo” Yura mengambil makanan yang diberikan Sehun.

“Ehm, Yura..... Ige” Luhan memberikan sebuket bunga mawar merah.

“Ige mwoya?” tanya Yura.

“Untuk noona” Yura pun menerima bunga pemberian Sehun.

Tanpa disadari oleh Yura, Luhan masih berdiri sembari melihat kejadian yang ada dihadapannya. Ia sangat kaget dengan kejadian ini. Jujur, ia masih sangat amat cinta terhadap Yura. Namun apa daya, ia tak bisa melanjutkan hubungannya. Ia hanya bisa menatap datar kedua insan yang berada di bukit tersebut.

“Ehm, Yura Noona, nan johae (aku suka kamu)” Sehun bergumam.

“Mwo ?” Yura kaget dengan pernyataan yang dilontarkan Sehun.

“Wae? (Kenapa?) Apakah ini karena usia kita yang berbeda ?” tanya Sehun. Yura hanya menggeleng.

“Lalu mengapa ? Apakah aku tidak pantas untukmu Yura ?” Sehun menatap Yura berharap Yura membalas perasaannya.

“Bukan begitu Sehun, maaf” Yura menundukan wajahnya.

“Ah, aku mengerti, kau masih mencintai Luhan Hyung (Kakak laki-laki)” tebak Sehun.

“Buk...bukan... seperti itu” Yura mulai gugup.

“Sudahlah, percuma aku mengatakan perasaanku jika kau masih menyimpan persaan terhadap sepupuku itu” Sehun berteriak lalu pergi meninggalkan Yura.

Tangis Yura pecah. Ia tak tahu apa yang harus ia perbuat. Disatu sisi, ia sangat amat mencintai Luhan tetapi percuma jika Luhan tidak mencintainya.Disisi lain, ia menyayangi Sehun layaknya adik. Seusai kepergian Sehun, Luhan melangkahkan kaki menuju tempat Yura duduk.

“Jangan menagis” hanya itu yang diucapkan Luhan.

Yura mendongakkan wajahnya. Amarahnya kebali memuncak ketika melihat seseorang yang berada disampingnya.

“Kau jahat Luhan. Ini semua karena kau” gumam Yura dengan penuh emosi.

“Maaf” lirih Luhan.

“Hanya itu yang bisa kau katakan ?” Yura tersenyum sinis lalu berdiri.

“Aku tak perlu kata maaf Tuan Xi Lu Han. Aku ingin semua kembali normal, seperti dahulu” Yura berteriak.

“Aku tak bisa” Luhan ikut mensejajarkan dirinya dengan Yura.

“Apa ? Apa yang kau tak bisa hah ? Tak ada yang sulit Luhan, kau bisa menjadi kekasihku kembali lalu kita menjelaskan semuanya kepada Sehun. Aku yakin dia akan mengerti. Setelah itu semuanya kembali normal” Yura membentak.

“Maaf” kata itu terucap lagi dari mulut Luhan.

“Lupakan” Yura pergi meninggalkan Luhan.

“Tunggu !” Teriak Luhan, ia mengejar Yura.

“Yura, awass !!!” bentak Luhan, ia segera berlari mendorong Yura ke trotoar. BRAKKKK!!

“Aww” ringis Yura. Ia melihat kerumunan masa di tengah jalan.

“Permisi, permisi” Yura berusaha merewati kumpulan masa.

“LUHAN” triak Yura.

Ia langsung memeluk Luhan yang berlumuran darah.

“Bertahanlah.....” gumam Yura sembari menangis.

Yura memberika semanget kepada Luhan, walaupun ia tak tahu sampai berapa lama Luhan dapat bertahan. Kondisi Luhan sangatlah parah, darah segar telah memenuhi pakaian Luhan dan Yura. Melihat Luhan di hadapannya dengan keadaan sekarat membuat hatinya sakit. Yura tahu Lhan adalah lelaki yang kuat.
Luhan menggenggam tangan Yura.

“Yura...” dengan sekuat tenaga ia berbicara.

“Ma...afkan aku” Luhan menatap mata Yura.

“Jangan dulu bicara!” Yura menghapus air mata yang keluar dari mata Luhan.

“A..kku maaf” Luhan mengucapkan kata maaf lagi.

“Ya, aku memaafkamu” Yura berusaha menenagkan Luhan.

Senyum terlukis di bibir Luhan. Entahlah, firasaat Yura mengatakan Jika itu adalah senyuman terakhir Luhan.
‘Tuhan, aku mohon berikanlah kekuatan pada Luhan. Semoga ia dapat bertahan dari situasi ini. Amin’

“Yur..ra, sa...sarang..hae” tubuh Luhan mengendor.

“LUHAN” teriak Yura.

Yura hanya bisa menatap sosok Luhan yang terbaring kaku di pangkuannya. Air matanya mengali deras. Saat ini ia hanya bisa memeluk Luhan.

‘Luhan, mengapa kau meninggalkanku secepat ini? Mengapa kau mendorongku saat aku hampir tertabrak? Lebih baik aku yang tertabrak, dari pada aku hidup tanpa semangat. Bagian tulang belakangku telah tiada, bagaimana aku dapat menjalani hidup? Luhan, satu hal yang kamu harus tahu, walaupun ragamu tak bersamaku, tetapi cintamu akan selalu bersamaku, Xi Lu Han saranghaeyo (aku cinta padamu)’ gumam Yura dalam hati.
 
-Fin-

Note : Ditunggu commentnya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar