Rabu, 17 April 2013

[Fanfic] Camera


Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)
Genre : Romance, Sad
Cast : 
Kim Yesung
Lee Yura, etc
Note : DO NOT COPY !!!!
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com



-Happy Reading -


Di dalam bus yang mengangkut penumpang kota Seoul, seorang wanita dengan penampilan paling mencolok sedang terduduk menunggu bus tersebut sampai ke tempat yang ia tuju. Wanita berparas cantik yang dibalut dengan mantel berwarna merah darah, rok berwarna hitam yang menutupi kakinya sebatas paha, kaos kaki berwarna hitam yang menutupi kaki indahnya, dan rambut berwarna coklat tua yang ia gerai, menambah pesona kecantikan alaminya. Lama ia menunggu, ia pun mengeluarkan ponselnya lalu memasang headset agar ia tak merasa jenuh.

Ckitt, bus itu sampai ke tempat yang ia tuju. Ia melangkahkan kaki ke luar dari bus. Layaknya seorang bangsawan, ia melangkahkan kaki sangat pelan. Wanita berkulit agak kecoklatan itu menghentikan langkahnya di depan gedung tua yang masih terlihat kokoh.

Ia terus memandangi bangunan tua itu. Sekilas senyum kebahagiaan terukir dari bibir merahnya itu, namun dalam sekejap butiran air mata turun menghiasi wajahnya. Entah apa yang ada di pikirannya, pikirannya sangat berkecamuk saat ini. Tubuh mungilnya tak bisa digerakan, bagaikan seluruh pusat gravitasi berada di bawah telapak kakinya. Ia hanya mampu menangis memandang bangunan tua yang ada di depannya.

Lama ia berdiri di depan bangunan tua itu. Dengan sekuat tenaga, ia mecoba melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan tua itu. Pagar yang menjulang tinggi menyambut wanita itu. Cklek, ia mendorong kedua bagian pagar tersebut. Keadaan di dalam bangunan tua itu sangatlah sepi karena ini adalah hari libur bagi siswa-siswa sekolah dasar.

-Flashback-

Gadis kecil berambut hitam lurus, menggunakan seragam, dibalut dengan jas almamater sekolahnya, membuat penampilannya makin mencolok diantara teman-temannya. Ia melangkahkan masuk ke dalam aula sekolah dasarnya didampingi oleh kedua orang tuannya. Kedua orang tuanya langsung duduk di bangku penonton, sedangkan anak semata wayangnya bergabung dengan teman-temannya.

“Ah, Yura-ah, kau sangat cantik hari ini” puji Hanna, teman Yura.

“Gomawo” ia tersipu malu.

“Baiklah Yura-ah, aku mau mempersiapkan acara perpisahan sekolah ini” kata Hanna.

“Changkamman Hanna-ah !” teriak Yura.

“Wae ?” tanya Hanna.

“Ehmm, apakah kau melihat ngggg... Yesung ?” tanya Yura dengan nada ragu.

“Yesung ? Tadi aku melihatnya sedang berdiri di atas balkon kelas 2-2” jawab Hanna.

“Oh, gomawo” balas Yura.

Yura segera berlari menuju balkon di lantai dua. Langkah gadis kecil itu terhenti di ujung tangga ketika ia melihat Yesung sedang menerawang ke atas langit diatas balkon tersebut. Pandangannya sangatlah teduh. ‘Ada apa dengan lelaki itu ?’ batin Yura.

“Yesung-ah” teriak Yura.

Namun lelaki itu hanya membalikan kepalanya, lalu kembali ke aktivitas semulanya. Yura masih berdiri terpaku melihat tingkah Yesung yang mendadak aneh ini.

“Argh, sial” teriak Yesung sembari melewati Yura tanpa menyapanya.

“Yesung-ah, ada apa denganmu ?” Yura membalikan tubuhnya untuk melihat Yesung yang sedang menuruni tangga. Langkah Yesung terhenti. Ia tak berkata apa pun. Yura bergegas menuruni tangga untuk mensejajarkan dirinya dengan Yesung.

“Yesung-ah, lihat aku !” bentak Yura, perlahan air mata turun dari mata hazelnya. Gadis itu berusaha menahan emosinya yang hampir memuncak akibat tingkahlaku Yesung yang mendadak aneh.

“Lihat aku ! Tatap mata aku !” Yura memegang wajah Yesung dengan kedua tangannya.

“Apa yang terjadi denganmu ? Ceritakanlah padaku !” bentak Yura. Namun Yesung hanya memberikan tatapan kosong terhadap Yura.

“Kau tahu ? Aku ini sahabatmu Yesung-ah. Lima tahun kita bersahabat, mengapa kau berubah dalam sekejap, hah ? Kau benar-benat tak mengerti apa yang aku rasakan sekarang Yesung-ah !” bentak Yura dengan emosi yang tidak bisa terkontrol lagi.

“Baik, jika itu maumu “ Yura menghapus air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

“Kau tahu Yesung-ah, aku akan pindah ke Busan. Mungkin aku tak akan kembali ke Seoul lagi. Mianhae Yesung-ah. Aku hanya meminta satu hal darimu, jangan pernah lupakan aku Yesung-ah. Terima kasih atas persahabatan kita selama lima tahun ini. Annyeong !” Yura pergi meninggalkan Yesung dengan langkah gontai. Yesung hanya diam terpaku tak bisa bergerak sedikit pun. Tanpa Yura sadari, Yesung mengeluarkan air mata. Air mata pertama yang keluar dari seorang anak lelaki yang sangat periang itu. ‘Yura-ah mianhae’ batin Yesung.

-Flashback End-

Yura melangkahkan kakinya menuju balkon, tempat terakhir ia bertemu dengan Yesung. Ia menghela nafas, merasakan udara yang sangat dingin menusuk tulangnya. Ia menghentikan langkahnya di pertengahan tangga.

“Disini !” gumam Yura.

“Apakah kau ingat Yesung-ah ?” Yura berbicara sendiri, layaknya Yesung ada disana.

“Di tempat ini, terakhir kali aku berbincang denganmu tanpa kau hiraukan, dimana dirimu Yesung-ah? Jeongmal bogoshipo.” butiran air mata kembali membasahi wajah cantik Yura. Yura menghapus air matanya, ia menghela nafas lalu tersenyum getir. ‘Tuhan, walau pun hal ini pasti mustahil, tetapi aku akan tetap memohon pada-Mu. Semoga aku dapat bertemu dengan Yesung. Amin’ batin Yura. Ia pun melanjutkan menaiki tangga itu.

Langkah Yura terhenti ketika melihat seorang lelaki yang sangat ia kenal. Walau pun ia berpenampilan lebih dewasa dan berperawakan tinggi.

“Kim Yesung..” lirih Yura.  

Yura tak tahu apa yang ia rasakan, amarahnya dan perasaan bahagianya berkecamuk didalam dirinya. Dilihatnya, lelaki tampan itu mencoba mengambil posisi kameranya, lalu membidik pemandangan alam tersebut. Ia pun tersenyum ketika melihat hasil bidikannya.

“Kemana kau selama ini, hah ?” dengan langkah besar Yura menghampiri lelaki bernama Yesung. Setelah ia dekat dengan lelaki itu, ia langsung merebut kamera yang sedang lelaki itu gunakan dan melemparnya ke sembarang tempat.

Yesung terlihat akan meledak, namun amarahnya terhenti saat melihat wanita yang berada di depannya. Mata beningnya menatap Yura kaget. Wajahnya perlahan melembut berganti dengan tatapan datarnya.

“Kemana kau selama ini, Kim Yesung ?” bentak Yura sembari menatap tajam kedua bola mata Yesung.

Grepp, Yesung langsung memeluk Yura. Tangis Yura pun pecah, membasahi mantel hitam yang digunakan oleh Yesung.

“Mianhae” hanya satu kata yang keluar dari mulut Yesung. Yura membalas pelukan Yesung, meluapkan semua perasaan yang mereka pendam selama 10 tahun terakhir. Lama mereka melepas rasa rindu mereka, Yesung pun melepas pelukannya.

“Uljima” Yesung menghapus air mata Yura.

 “Kau jahat Yesung-ah !” Yura memukul dada bidang Yesung.

“Ya, arraseo, nan nappeun namja” gumam Yesung memegang tangan Yura.

“Mianhae, Yura-ah” Yesung melanjutkan perkataannya.
 
“Kau tahu perasaanku saat itu, saat kau mengacuhkanku ?” kata Yura.

“Maaf, aku benar-benar minta maaf” Yesung melirih. Yesung menyuruh Yura duduk di bangku.

“Jadi, apa maksudmu melakukan semua itu Tuan Kim Yesung ?” Yura mulai mengintrogasi Yesung.

“Mianhae, aku hanya.... Aku belum siap ditinggalkan oleh sahabat terdekatku, Yura-ah. Maaf, atas perbuatanku” ia menunduk malu.

“Sudahlah, aku tak mempersalahkan lagi” Yura menarik nafas, membentuk senyuman.

“Ternyata Tuhan mengabulkan do’a ku” gumam Yura.

“Kau berdo’a apa eoh ?” tanya Yesung.

“Aku berdo’a agar aku dapat bertemu denganmu” Yura membelakangi Yesung. Yesung lalu mensejajarkan dirinya dengan Yura.

“Kapan kau pulang dari Busan ?” tanya Yesung.

“Minggu lalu, besok aku akan kembali ke Busan” jawab Yura.

Oh” Yesung menampilkan ekspresi sedih.

“Ya, aku akan kembali ke Busan besok. Kau kira aku akan bolos kuliah lagi, eoh ?” yura menggerutu.

“Ya, ku kira kau tak sekolah” dilanjut dengan tawa garing Yesung.

“Yak, kau Kim Yesung !!” bentak Yura.

“Bukankah kau selalu loading dalam berpikir ? Bagaimana kau dapat menagkap pelajar dari guru atau dosenmu ?” Yesung menggoda Yura.

“Ya, kau tak tahu, aku ini calon ahli Kimia” Yura membanggakan dirinya.

“Apa ? Ahli Kimia ? Apakah universitas itu gila ? Menerima murid slow motion sepertimu ?”

“Ya, Jangan merendahkanku ! Oh, sekarang kau kuliah dimana ?” tanya Yura.

“Aku ? Seoul University, jurusan teknik peleburan tembaga” jawab Yesung.

“Oh, ya Yesung-ah, besok aku akan kembali ke Busan. Kau tak ingin mengajakku pegi bermain, eoh ?” tanya Yura.

“Kau ingin bermain ? Kau kira kita ini anak sekolah dasar, huh” diikuti cibiran dari Yesung.

“Arraseo” jawab Yura dengan wajah tertunduk.

“Kau ingin bermain ? Ikut aku !!” Yesung menarik tangan Yura.

“Changkamman, kameramu ?” tanya Yura.

“Abaikan !” ia lalu menarik kembali tangan Yura.


-----------------------


“Cepat turun !” Yesung menyuruh Yura turun dari mobilnya.

“Dimana ini ?” tanya Yura.

“Ini music studio milik ayahku” Yesung berjalan mendahului Yura.

“Kau bisa bermain musik ?” tanya Yesung. Yura menggeleng, tanda ia tak bisa bermain music.

Sudah kuduga, sampai seberapa jauh tingkat kepintaran manusia sepertimu, hah? Kau itu benar-benar
bodoh Yura, otak kanan dan kirimu semuanya tidak berfungsi” Yesung mencibir Yura.

“Sudah ku katakan, jangan menghinaku !” Yura mendengus kesal.

Yura duduk di atas sofa sambil memperhatikan Yesung yang dengan lihainya memainkan hampir semua alat musik. ‘Andai waktu dapat berhenti disini’ gumam Yura dalam hati.

“Cha! Kau ingin mencobanya ?” Yesung memberikan stick drum kepadaku.

“Aku tak bisa” Yura menolak.

“Ayolah, aku ajarkan” kata Yesung.

Yura duduk di atas kursi, lalu memukul drum tersebut dengan sticknya.

Yak, bukan seperti itu” gumam Yesung. Ia memegang tangan Yura yang sedang memegang stick dan memukulkannya ke drum, membentuk nada yang sangat simple, tetapi sangat nikmat untuk di dengarkan.


------------------------


Keesokan harinya...

Yura berdiri di depan halte, menunggu bis yang akan mengantarkannya menuju Busan. Ckitt, sebuah Bis berhenti dihadapan Yura. Ketika ia aka melangkahkan kakinya ke dalam bus, seseorang menahan tangannya.

“Changkamman” teriak Yesung, lelaki yang menahan tangannya.

Grepp, ia langsung memeluk Yura. Selah-olah Yura tak boleh lepas dari genggamannya. Sama halnya saat pertama kali ia bertemu dengan Yura, ia memeluk erat Yura sambil merasakan gejolak yang ada dihatinya.
Yesung menggenggam tangan Yura.

“Yura-ah, tatap mataku” nada Yesung berubah menjadi serius.

 “Nan johae, Nan jeongmal saranghae” Yesung mengucapkan mantra sakti yang Yura tunggu semenjak 11 tahun lalu.

Dag-dig-dug jantung Yura berdetak berpuluh kali lebih cepat. Kakinya perlahan melemas.

“Mianhae” satu kata yang keluar dari mulut Yura mampu membuat Yesung melepas genggamannya. Namun Yura kembali mengeratkan genggamannya.

“Bukan aku menolak atas penyataanmu, tapi ini bukan saat yang tepat Yesung-ah. Aku yakin jika kita berjodoh, suatu saat kita akan dipertemukan kembali, nado saranghae” Yura memberi semangat pada Yesung.

“Ok, aku akan menunggu sampai saat itu tiba. Yura-ah tunggu aku !!” ucap Yesung dengan senyum tulusnya.

“Annyeong Yesung-ah” Yura membungkukkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya menuju bus.


------------------------


‘Yura-ah, aku yakin suatu saat kita akan dipertemukan. Aku tak sabar menunggu saat itu, saat kau menjadi bagian dari tulang rusukku, menjadi pendampingku seumur hidup hingga ajal menjemput, menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi halmeoni dari cucu-cucuku, dan menjadi temanku dalam membagi suka dan duka,
 Lee Yura-ah Saranghae, yeongwonhi’ batin Yesung.

‘Yesung-ah, aku sangat tahu jika kau mencintaiku dengan tulus. Namun ini bukan saat yang tepat bagiku, bagimu, untuk menjalin hubungan. Aku harap jika kita akan berjodoh, amin. Kim Yesung Saranghae, yeongwonhi’ batin Yura.



-FIN-

Note : Ditunggu commentnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar