Author : Nindya Syefirra Utami (@nindyasfira)
Genre : Romance, Sad
Cast :
Kim Yesung
Lee Yura, etc
Note : DO NOT COPY !!!!
Official Website : http://nindyasyefirrautami.blogspot.com
-Happy Reading -
Di dalam bus yang mengangkut penumpang kota Seoul, seorang
wanita dengan penampilan paling
mencolok sedang terduduk menunggu bus tersebut sampai ke tempat yang ia tuju. Wanita berparas
cantik yang dibalut dengan
mantel berwarna merah darah, rok berwarna hitam yang menutupi kakinya sebatas
paha, kaos kaki berwarna hitam yang menutupi kaki indahnya, dan rambut berwarna coklat tua yang ia gerai,
menambah pesona kecantikan alaminya. Lama ia menunggu, ia pun mengeluarkan ponselnya lalu
memasang headset agar ia tak merasa jenuh.
Ckitt, bus itu sampai ke tempat yang ia tuju. Ia
melangkahkan kaki ke luar dari bus. Layaknya seorang bangsawan, ia melangkahkan
kaki sangat pelan. Wanita
berkulit agak kecoklatan itu menghentikan langkahnya di depan gedung tua
yang masih terlihat
kokoh.
Ia
terus memandangi bangunan tua itu. Sekilas senyum kebahagiaan terukir dari bibir merahnya
itu, namun dalam sekejap butiran air mata turun menghiasi wajahnya. Entah apa
yang ada di pikirannya, pikirannya sangat berkecamuk saat ini. Tubuh mungilnya
tak bisa digerakan, bagaikan
seluruh pusat gravitasi berada di bawah telapak kakinya. Ia hanya mampu
menangis memandang bangunan tua yang ada di depannya.
Lama ia berdiri di depan bangunan tua itu. Dengan sekuat
tenaga, ia mecoba melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan tua itu. Pagar yang menjulang tinggi
menyambut wanita itu. Cklek, ia mendorong kedua bagian pagar tersebut. Keadaan
di dalam bangunan tua itu sangatlah sepi karena ini adalah hari libur bagi
siswa-siswa sekolah dasar.
-Flashback-
Gadis kecil
berambut hitam lurus, menggunakan seragam, dibalut dengan jas
almamater sekolahnya, membuat penampilannya makin mencolok diantara
teman-temannya. Ia melangkahkan
masuk ke dalam aula sekolah dasarnya didampingi oleh kedua orang tuannya. Kedua
orang tuanya langsung duduk di bangku penonton, sedangkan anak semata wayangnya
bergabung dengan teman-temannya.
“Ah, Yura-ah, kau sangat cantik hari ini” puji Hanna, teman
Yura.
“Gomawo” ia tersipu malu.
“Baiklah Yura-ah, aku mau mempersiapkan acara perpisahan
sekolah ini” kata Hanna.
“Changkamman Hanna-ah !” teriak Yura.
“Wae ?” tanya Hanna.
“Ehmm, apakah kau melihat ngggg... Yesung ?” tanya Yura
dengan nada ragu.
“Yesung ? Tadi aku melihatnya sedang berdiri di atas balkon
kelas 2-2” jawab Hanna.
“Oh, gomawo” balas Yura.
Yura segera berlari menuju balkon di lantai dua. Langkah
gadis kecil itu terhenti di ujung tangga ketika ia melihat Yesung sedang menerawang ke
atas langit diatas balkon
tersebut. Pandangannya sangatlah teduh. ‘Ada apa dengan lelaki itu ?’
batin Yura.
“Yesung-ah” teriak Yura.
Namun lelaki itu hanya membalikan
kepalanya, lalu kembali ke aktivitas semulanya. Yura masih berdiri terpaku
melihat tingkah Yesung yang mendadak aneh ini.
“Argh, sial” teriak Yesung sembari melewati Yura tanpa
menyapanya.
“Yesung-ah, ada apa denganmu ?” Yura membalikan tubuhnya
untuk melihat Yesung yang sedang menuruni tangga. Langkah Yesung terhenti. Ia
tak berkata apa pun. Yura bergegas menuruni tangga untuk mensejajarkan dirinya
dengan Yesung.
“Yesung-ah, lihat aku !” bentak Yura, perlahan air mata
turun dari mata hazelnya.
Gadis itu berusaha menahan emosinya yang hampir memuncak akibat tingkahlaku
Yesung yang mendadak aneh.
“Lihat aku ! Tatap mata aku !” Yura memegang wajah Yesung dengan
kedua tangannya.
“Apa yang terjadi denganmu ? Ceritakanlah padaku !” bentak
Yura. Namun Yesung hanya memberikan tatapan kosong terhadap Yura.
“Kau tahu ? Aku ini sahabatmu Yesung-ah. Lima tahun kita
bersahabat, mengapa kau berubah
dalam sekejap, hah ? Kau benar-benat
tak mengerti apa yang aku rasakan sekarang Yesung-ah !” bentak Yura
dengan emosi yang tidak bisa terkontrol
lagi.
“Baik, jika itu maumu “ Yura menghapus air mata yang keluar
dari pelupuk matanya.
“Kau tahu Yesung-ah, aku akan pindah ke Busan. Mungkin aku
tak akan kembali ke Seoul lagi. Mianhae Yesung-ah. Aku hanya meminta
satu hal darimu, jangan pernah lupakan aku Yesung-ah. Terima kasih atas
persahabatan kita selama lima tahun ini. Annyeong !” Yura
pergi meninggalkan Yesung dengan langkah gontai. Yesung hanya diam
terpaku tak bisa bergerak sedikit pun. Tanpa Yura sadari, Yesung mengeluarkan
air mata. Air mata pertama yang keluar dari seorang anak lelaki yang sangat
periang itu. ‘Yura-ah mianhae’ batin Yesung.
-Flashback End-
Yura melangkahkan kakinya menuju balkon, tempat terakhir ia
bertemu dengan Yesung. Ia menghela nafas, merasakan udara yang sangat dingin
menusuk tulangnya. Ia menghentikan langkahnya di pertengahan tangga.
“Disini !” gumam Yura.
“Apakah kau ingat Yesung-ah ?” Yura berbicara sendiri,
layaknya Yesung ada disana.
“Di tempat ini, terakhir kali aku berbincang denganmu tanpa kau hiraukan,
dimana dirimu Yesung-ah? Jeongmal bogoshipo.” butiran
air mata kembali membasahi wajah cantik Yura. Yura menghapus air matanya, ia
menghela nafas lalu tersenyum getir. ‘Tuhan, walau pun hal ini pasti mustahil,
tetapi aku akan tetap memohon pada-Mu. Semoga aku dapat bertemu dengan Yesung.
Amin’ batin Yura. Ia pun melanjutkan menaiki tangga itu.
Langkah Yura terhenti ketika melihat seorang lelaki yang
sangat ia kenal. Walau pun ia berpenampilan lebih dewasa dan berperawakan
tinggi.
“Kim Yesung..” lirih Yura.
Yura tak tahu apa yang ia rasakan,
amarahnya dan perasaan bahagianya berkecamuk didalam dirinya. Dilihatnya, lelaki tampan itu mencoba
mengambil posisi kameranya, lalu membidik pemandangan alam tersebut. Ia pun tersenyum ketika melihat
hasil bidikannya.
“Kemana kau selama ini, hah ?” dengan langkah besar Yura
menghampiri lelaki bernama Yesung. Setelah ia dekat dengan lelaki itu, ia langsung merebut kamera yang sedang lelaki itu gunakan dan melemparnya
ke sembarang tempat.
Yesung terlihat akan meledak, namun amarahnya terhenti saat
melihat wanita yang berada di depannya. Mata beningnya menatap Yura kaget.
Wajahnya perlahan melembut berganti dengan tatapan datarnya.
“Kemana kau selama ini, Kim Yesung ?” bentak Yura sembari menatap tajam kedua
bola mata Yesung.
Grepp, Yesung langsung memeluk Yura. Tangis Yura pun pecah, membasahi mantel hitam
yang digunakan oleh Yesung.
“Mianhae” hanya satu kata yang keluar dari mulut Yesung.
Yura membalas pelukan Yesung, meluapkan semua perasaan yang mereka pendam
selama 10 tahun terakhir. Lama mereka melepas rasa rindu mereka, Yesung pun
melepas pelukannya.
“Uljima” Yesung menghapus air mata Yura.
“Kau jahat Yesung-ah !” Yura memukul dada bidang Yesung.
“Ya, arraseo, nan nappeun namja” gumam Yesung
memegang tangan Yura.
“Mianhae, Yura-ah” Yesung melanjutkan perkataannya.
“Kau tahu perasaanku saat itu, saat kau mengacuhkanku ?” kata Yura.
“Maaf, aku benar-benar minta maaf” Yesung melirih. Yesung menyuruh Yura duduk di bangku.
“Jadi, apa maksudmu melakukan semua itu Tuan Kim Yesung ?”
Yura mulai mengintrogasi Yesung.
“Mianhae, aku hanya.... Aku belum siap ditinggalkan oleh
sahabat terdekatku, Yura-ah. Maaf, atas perbuatanku” ia menunduk malu.
“Sudahlah, aku tak mempersalahkan lagi” Yura menarik nafas,
membentuk senyuman.
“Ternyata Tuhan mengabulkan do’a ku” gumam Yura.
“Kau berdo’a apa eoh ?” tanya Yesung.
“Aku berdo’a agar aku dapat bertemu denganmu” Yura
membelakangi Yesung. Yesung lalu mensejajarkan dirinya dengan Yura.
“Kapan kau pulang dari Busan ?” tanya Yesung.
“Minggu lalu, besok aku akan kembali ke Busan” jawab Yura.
“Oh”
Yesung menampilkan ekspresi sedih.
“Ya, aku akan kembali ke Busan besok. Kau kira aku akan
bolos kuliah lagi, eoh ?” yura menggerutu.
“Ya, ku kira kau tak sekolah” dilanjut dengan tawa garing Yesung.
“Yak, kau Kim Yesung !!” bentak Yura.
“Bukankah kau selalu loading dalam berpikir ? Bagaimana kau dapat menagkap pelajar
dari guru atau dosenmu ?” Yesung menggoda Yura.
“Ya, kau tak tahu, aku ini calon ahli Kimia” Yura
membanggakan dirinya.
“Apa ? Ahli Kimia ? Apakah universitas itu gila ? Menerima
murid slow motion sepertimu ?”
“Ya, Jangan merendahkanku ! Oh, sekarang kau kuliah dimana
?” tanya Yura.
“Aku ? Seoul University, jurusan teknik peleburan tembaga” jawab Yesung.
“Oh, ya Yesung-ah, besok aku akan kembali ke Busan. Kau tak
ingin mengajakku pegi bermain, eoh ?” tanya Yura.
“Kau ingin bermain ? Kau kira kita ini anak sekolah dasar,
huh” diikuti cibiran dari Yesung.
“Arraseo” jawab Yura dengan wajah tertunduk.
“Kau ingin bermain ? Ikut aku !!” Yesung menarik tangan
Yura.
“Changkamman, kameramu ?” tanya Yura.
“Abaikan !” ia lalu menarik kembali tangan Yura.
-----------------------
“Cepat turun !” Yesung menyuruh Yura turun dari mobilnya.
“Dimana ini ?” tanya Yura.
“Ini music studio milik ayahku” Yesung berjalan mendahului
Yura.
“Kau bisa bermain musik ?” tanya Yesung. Yura menggeleng,
tanda ia tak bisa bermain music.
“Sudah
kuduga, sampai seberapa jauh tingkat kepintaran manusia sepertimu, hah? Kau itu
benar-benar
bodoh Yura, otak kanan dan kirimu semuanya tidak berfungsi” Yesung
mencibir Yura.
“Sudah ku katakan, jangan menghinaku !” Yura mendengus
kesal.
Yura duduk di atas sofa sambil memperhatikan Yesung yang
dengan lihainya memainkan
hampir semua alat musik. ‘Andai waktu dapat berhenti disini’ gumam Yura dalam
hati.
“Cha! Kau ingin mencobanya ?” Yesung memberikan stick drum
kepadaku.
“Aku tak bisa” Yura menolak.
“Ayolah, aku ajarkan” kata Yesung.
Yura duduk di atas kursi, lalu memukul drum tersebut dengan sticknya.
“Yak, bukan seperti itu” gumam
Yesung. Ia memegang tangan Yura yang sedang memegang stick dan memukulkannya ke
drum, membentuk nada yang sangat
simple, tetapi sangat nikmat
untuk di dengarkan.
------------------------
Keesokan harinya...
Yura berdiri di depan halte, menunggu bis yang akan
mengantarkannya menuju Busan. Ckitt, sebuah Bis berhenti dihadapan Yura. Ketika
ia aka melangkahkan kakinya ke dalam bus, seseorang menahan tangannya.
“Changkamman” teriak Yesung, lelaki yang menahan tangannya.
Grepp, ia langsung memeluk Yura. Selah-olah Yura tak boleh
lepas dari genggamannya. Sama halnya saat pertama kali ia bertemu dengan Yura, ia memeluk erat Yura sambil merasakan gejolak yang ada
dihatinya.
Yesung menggenggam tangan Yura.
“Yura-ah, tatap mataku” nada Yesung berubah menjadi serius.
“Nan johae, Nan jeongmal saranghae” Yesung mengucapkan mantra sakti
yang Yura tunggu semenjak 11 tahun lalu.
Dag-dig-dug jantung Yura berdetak berpuluh kali lebih cepat.
Kakinya perlahan
melemas.
“Mianhae” satu kata yang keluar dari mulut Yura mampu
membuat Yesung melepas genggamannya. Namun Yura kembali mengeratkan
genggamannya.
“Bukan aku menolak atas penyataanmu, tapi ini bukan saat
yang tepat Yesung-ah. Aku yakin jika kita berjodoh, suatu saat kita akan
dipertemukan kembali, nado saranghae” Yura memberi semangat
pada Yesung.
“Ok, aku akan menunggu sampai saat itu tiba. Yura-ah tunggu
aku !!” ucap Yesung dengan senyum tulusnya.
“Annyeong Yesung-ah” Yura membungkukkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya
menuju bus.
------------------------
‘Yura-ah, aku yakin suatu saat kita akan dipertemukan. Aku
tak sabar menunggu saat itu, saat kau menjadi bagian dari tulang rusukku,
menjadi pendampingku seumur hidup hingga ajal menjemput, menjadi ibu dari
anak-anakku, menjadi halmeoni dari cucu-cucuku, dan menjadi temanku dalam membagi suka dan duka,
Lee
Yura-ah Saranghae, yeongwonhi’ batin Yesung.
‘Yesung-ah, aku sangat tahu jika kau mencintaiku
dengan tulus. Namun ini bukan saat yang tepat bagiku, bagimu, untuk menjalin
hubungan. Aku harap jika kita akan berjodoh, amin. Kim Yesung Saranghae,
yeongwonhi’ batin Yura.
-FIN-
Note : Ditunggu commentnya